Friday, February 3, 2012

Kreatif = Kere Aktif

Kreatif= Kere Aktif

Anda mungkin pernah mendengar istilah “kreatif = KeRE  AkTIF”, tau mungkin anda juga setuju dengan istilah itu? Hahaha. Kere itu adalah sebuah kata dalam bahasa Jawa, yang artinya tidak mempunyai banyak uang atau miskin. Kalau kondisi finansial anda pas-pasan, tidak perlu minder, justru ini kesempatan anda untuk menjadi lebih kreatif dibandingkan dengan kawan-kawan anda yang mudah mendapatkan segala yang diinginkan karena memiliki banyak uang (walaupun mungkin itu uang dari ortu). hehehe.

Di sini saya mau bercerita pengalaman saya sebagai manusia kreatif, alias kere tapi aktif. hahaha.
Oke, salah satu minat saya adalah fotografi, sebenarnya sejak lama, sih... yang saya ingat, waktu saya kelas 3 SD (tahun 1996-1997), diajak menginap di suatu hotel yang bagus di kota Batu ketika acara gathering dari kantor papa saya bekerja. Di sana saya malah asyik sendiri keliling taman dan playground di hotel itu sambil memotret. Ya tentu saja pakai kamera saku yang menggunakan film. Waktu-waktu berikutnya, saya juga sering menggunakan kamera itu untuk memotret, tapihasilnya hanya dicuci tetapi tidak dicetak, karena mahal (apalagi untuk kantong anak SD), kadang juga tidak dicuci. hahaha. Kamera saku film memang murah, kata mama harganya hanya Rp. 20.000 waktu itu, tetapi yang mahal adalah harus beli film-nya, kemudian kalau sudah harus dicuci, dan dicetak.  Sayangnya saya waktu itu tidak menyimpan filmnya dan entah di mana semua... yang penting puas motret, itu yang saya pikirkan waktu masih kecil.

Ketika saya SMP, saat itu tahun 2000. Mungkin anda masih ingat salah satu yang lagi nge-trend saat itu? Photobox. Sebuah bilik kecil yang ada kamera digital dan layar, sehingga konsumen bisa memotret sendiri. Nah, teman-teman saya (yang uangnya tebal) punya hobi foto di photobox. Hampir tiap minggu ada yang pamer foto hasil jepretan di photobox. Selain itu, juga sedang trend berfoto di studio, yang studionya juga menyediakan kostum yang bagus-bagus. Lagi-lagi, teman-teman pun  suka berfoto di studio semacam itu. Biayanya? Menurut saya mahal. Saya akhirnya hanya ikut-ikutan melihat foto-foto yang dipamerkan teman-teman saya itu. Tapi, apakah saya hanya melihat begitu saja? Tentu tidak. Saya tidak hanya melihat, tetapi mengamati. Misalnya, bagaimana angle-nya, bagaimana posenya, kostumnya, dan backgroundnya (misalnya, ternyata tanaman/taman bisa menjadi background yang bagus). Tren foto studio itu berlangsung sampai ketika saya SMA (tahun 2006). Oya, selain mengamati foto teman-teman, saya juga suka mengumpulkan brosur-brosur dari studio foto. Lagi-lagi saya belajar dengan mengamati foto-foto yang ada di situ :P  (btw, koleksi brosur-brosur itu masih saya simpan, walaupun sebagian studionya sekarang sudah tutup).

Ketika SMA, saya mendapatkan kamera SLR analog. Kamera ini milik tetangga oma saya, kemudian dibeli oleh saudara sepupu saya. Nah, saya menabung untuk membeli kamera itu dari sepupu saya, tapi akhirnya diberi gratis :)  hehehe.
Sampai dengan kuliah (tahun 2006), saya masih pakai kamera saku analog, padahal sudah banyak kamera saku digital. Katrok yak. Lagi-lagi karena harganya masih mahal untuk kantong saya. Kadang jengkel karena tidak praktis. Pingiiiiin sekali punya kamera digital. Jadinya, saya sering meminjam kamera saku digital milik teman saya. Siapa yang bawa kamera digital, saya pinjam. hehehe. Teman-teman saya ternyata suka hasil jepretan saya :)  Yang paling menyenangkan adalah ketika foto hasil jepretan saya (dengan meminjam kamera teman), dipakai untuk banner di kampus. Ketika itu ada dua kakak angkatan yang mendapat beasiswa pertukaran pelajar, yang kebetulan juga teman magang saya. Pas di kantor, iseng-iseng motret-motret, eh, ternyata foto itu dipakai untuk banner yang mengumumkan penerima beasiswa :D 

Tahun 2008 baru kesampaian beli kamera saku digital... prosesnya pun panjang. Saat itu papa saya sedang penelitian untuk disertasinya, respondennya berjumlah 900 sekian hampir 1000. Saya dimintai tolong untuk meng-input data, dan diberi fee Rp. 1000 per kusioner. Fiuhh... menginput data ini nampaknya sepele, tetapi sebenarnya melelahkan mata, tangan, dan punggung >_<  lha hampir seribu responden, yang masing-masing buklet kuesioner berisi 130an item.  Akhirnya dapat, deh uang sejuta  :D (sebenarnya Rp. 900.000 sekian, tapi dibulatkan sebagai bonus :)). Ditambah Rp. 250.000 sama mama, akhirnya bisa beli kamera saku digital :D  Kodak C1013.

Sejak punya kamera digital, semakin sering memotret, mulai dari motret yang bagus sampai hal-hal geje  alias gak jelas, hehehe.  Ketika ke kampus, hampir selalu saya bawa, sering motret teman-teman. Suatu ketika, ada lomba foto yang diadakan oleh Perpustakaan Unair dalam rangka ulang tahun perpustakaan. Tema fotonya berkaitan dengan perpustakaan. Saya mengirimkan foto ini...  




Awalnya hanya ada sekitar 4 teman yang ingin difoto, tetapi teman-teman lain yang kebetulan saat itu lewat juga ingin ikut difoto, jadinya ya foto ramai-ramai begini :D













Saya memang tidak menang, tetapi foto karya saya malah dijadikan background website perpustakaan Unair dan untuk cover brosur :D


















Kemudian, bulan Agustus 2011, dosen saya, pak @Bukik merilis buku The Dancing Leader  sebagai #KadoMerdeka, di mana pada buku itu terdapat foto-foto penari (dancer) sebagai ilustrasi. Sebelumnya, pak Bukik mengajak para fotografer untuk mengirim karyanya. Ya saya ikutan (padahal waktu saya ngirim sudah mepet deadline). Dan.... ada dua foto karya saya yang dipakai :D di halaman 11 (tari pergaulan dari Papua) dan 27 (penari Bali).   *thanks a lot ya, Pak  \(^0^)/ *

Sekarang banyak orang yang “berkalung” kamera DSLR, dan saya masih “setia” dengan kamera saku digital saya.  Honestly, saya juga ingin. Tapi dana belum mencukupi (walaupun ada DSLR yang low-end). Tapi nggak masalah, dengan keterbatasan kamera yang saya miliki saya tetap dapat menghasilkan foto yang bagus (yang saya puas hasilnya) dan orang lain juga suka. Tetap berlatih dengan apa yang ada untuk menghasilkan sebaik mungkin :)   dan ini merangsang & meningkatkan kreativitas, dan juga self-efficacy :)     oya, kata-kata fotografer favorit saya, Arbain Rambey, yang saya suka adalah: kamera yang terbaik adalah kamera yang anda miliki. Terus memotret!

So, apapun minat anda, tetaplah lakukan & perjuangkan itu.  dan seperti yang saya tulis di awal, bahwa keterbatasan dana malah “memberi” peluang kepada anda untuk menjadi lebih kreatif ;) 

Foto-foto karya saya, saya upload di Flickr, url-nya www.flickr.com/photos/josephineantonia  atau klik ikon Flickr di bagian kanan atas halaman ini :)  silakan mampir :) 

cheers!
jo \(^o^)/ 

No comments:

Post a Comment