Dedicated to Pak
InoYuwono
Selasa, 4 Desember
2012, sekitar pukul 10.15 aku membuka Facebook, membaca news feed. Mas Dimas
Aryo memberitakan bahwa pak Ino telah berpulang. Kaget. Aku tahu ini bukan
hoax, karena mas Aryo sendiri yang menulis di FB. Kubuka Twitter, pak @bukik
memberitakan hal yang sama. “Oh my God....i can’t belive this...”, aku teriak
dalam hati. Aku tidak bisa menahan air mata...
Aku memang tidak secara
intens berinteraksi dengan pak Ino, aku hanya diajar pada kuliah Asas-asas
Manajemen, Psikologi Industri dan Organisasi (bersama pak Bukik), dan Model
Pengambilan Keputusan (bersama pak Seger).
Pengalamanku
berinteraksi dengan pak Ino sangat jauh lebih sedikit dibandingkan dengan
teman-teman yang memilih peminatan PIO, sedangkan aku memilih Klinis.
Pengalaman yang tidak aku lupakan adalah ketika aku masih semester II,
pertengahan tahun 2007. Aku yang saat itu menjadi ketua panitia Welcome Party
UKMKK, bermaksud meminta pak Ino menjadi donatur. Aku dan Esther, (dengan
takut-takut), masuk ke ruangannya pak Ino. Pak
Ino menolak mentah-mentah proposal kami. Saat itu yang ada di pikiranku, wah
pelit amat dosen ini. Tapi belakangan aku baru menyadari, itu cara pak Ino agar
kami berusaha. Penolakan proposal itulah, yang kemudian membawaku pada
pengalaman berjualan, mulai dari di acara wisuda sampai di pasar, tanpa gengsi.
Pak Ino bisa saja memberi sumbangan, tapi itu tidak mendorong kami untuk
berusaha.
Rabu, 5 Desember
2012, ketika kami (saya, Phebe, & Ni Putu) melayat ke Adi Jasa, kami sempat
berbincang sedikit dengan bu Liliek, istri pak Ino. Bu Liliek mengatakan, “Pak Ino tidak mau ketika meninggal
merepotkan orang”. Kepergiannya yang mendadak dan di rumah, mungkin inilah
yang dikehendakinya.
Dalam hati, aku menyesal mengapa dulu
tidak mengambil lebih banyak mata kuliah yang diasuhnya, mengapa aku tidak
berinteraksi lebih banyak, mengapa aku ikut-ikutan menganggap beliau killer.
Aku sebenarnya berencana tahun depan akan melanjutkan kuliah Magister Profesi,
dan mengambil peminatan PIO. Sejujurnya, aku memilih PIO salah satunya juga
karena ada pak Ino, aku penasaran dan
ingin belajar banyak dan berdiskusi dengan beliau, termasuk tentang filsafat
& sejarah, yang baru akhir-akhir ini aku tertarik. Tapi ...
Semua sedih, semua
merasa kehilangan... tapi tentu pak Ino tidak ingin kita bersedih terlalu
lama.. Lagu berjudul “With You in Your
Dreams” dari Hanson, sepertinya cocok menggambarkan apa yang pak Ino ingin
sampaikan kepada kita...
“If I’m gone when you wake up, please don’t
cry. And if I’m gone when you wake up, it’s not goodbye...”
“And though my flesh is gone, I’ll still be
with you at all times.
And though my body is gone, I’ll be there to comfort you at all times...”
And though my body is gone, I’ll be there to comfort you at all times...”
“I don’t want you to cry and weep, I want
you to go on livin’ your life.
I’m not sleep an endless sleep, ‘cause in your heart you all have good times”
I’m not sleep an endless sleep, ‘cause in your heart you all have good times”
Kini, aku masih
meneteskan air mata, tapi bukan air mata kesedihan lagi, melainkan air mata
haru. Aku percaya pak Ino berbahagia di tempat terindah. Apalagi Gusti Allah
memanggil pak Ino di saat yang indah, masa Advent. Aku percaya pak Ino bangga
pada kita yang sudah berhasil, maupun yang masih berusaha, dan yang mengerjakan
PR darinya. Aku bersyukur, mengenal sosok yang berintegritas, walau hanya
sekejap :’)
Nanti jam 10, akan
diadakan upacara penghormatan terakhir untuk pak Ino di fakultas.. Aku dan
teman-teman SK3 akan menyanyikan lagu kesukaan pak Ino, yang kebetulan juga
lagu kesukaanku, yang biasa aku nyanyikan ketika aku sedang membutuhkan
kekuatan... Mazmur 23 :’)
Rest in peace Sir
Christophorus Daniel Ino Yuwono :’)
Sabtu, 8 Desember
2012.
2:32 dini hari