Kreatif= Kere Aktif
Anda mungkin pernah mendengar istilah
“kreatif = KeRE AkTIF”, tau mungkin anda
juga setuju dengan istilah itu? Hahaha. Kere itu adalah sebuah kata dalam
bahasa Jawa, yang artinya tidak mempunyai banyak uang atau miskin. Kalau
kondisi finansial anda pas-pasan, tidak perlu minder, justru ini kesempatan
anda untuk menjadi lebih kreatif dibandingkan dengan kawan-kawan anda yang
mudah mendapatkan segala yang diinginkan karena memiliki banyak uang (walaupun
mungkin itu uang dari ortu). hehehe.
Di sini saya mau bercerita pengalaman
saya sebagai manusia kreatif, alias kere tapi aktif. hahaha.
Oke, salah satu minat saya adalah
fotografi, sebenarnya sejak lama, sih... yang saya ingat, waktu saya kelas 3 SD
(tahun 1996-1997), diajak menginap di suatu hotel yang bagus di kota Batu
ketika acara gathering dari kantor papa saya bekerja. Di sana saya malah asyik
sendiri keliling taman dan playground di hotel itu sambil memotret. Ya tentu
saja pakai kamera saku yang menggunakan film. Waktu-waktu berikutnya, saya juga
sering menggunakan kamera itu untuk memotret, tapihasilnya hanya dicuci tetapi
tidak dicetak, karena mahal (apalagi untuk kantong anak SD), kadang juga tidak
dicuci. hahaha. Kamera saku film memang murah, kata mama harganya hanya Rp.
20.000 waktu itu, tetapi yang mahal adalah harus beli film-nya, kemudian kalau
sudah harus dicuci, dan dicetak.
Sayangnya saya waktu itu tidak menyimpan filmnya dan entah di mana
semua... yang penting puas motret, itu yang saya pikirkan waktu masih kecil.
Ketika saya SMP, saat itu tahun 2000.
Mungkin anda masih ingat salah satu yang lagi nge-trend saat itu? Photobox.
Sebuah bilik kecil yang ada kamera digital dan layar, sehingga konsumen bisa
memotret sendiri. Nah, teman-teman saya (yang uangnya tebal) punya hobi foto di
photobox. Hampir tiap minggu ada yang pamer foto hasil jepretan di photobox.
Selain itu, juga sedang trend berfoto di studio, yang studionya juga
menyediakan kostum yang bagus-bagus. Lagi-lagi, teman-teman pun suka berfoto di studio semacam itu. Biayanya?
Menurut saya mahal. Saya akhirnya hanya ikut-ikutan melihat foto-foto yang
dipamerkan teman-teman saya itu. Tapi, apakah saya hanya melihat begitu saja?
Tentu tidak. Saya tidak hanya melihat, tetapi mengamati. Misalnya, bagaimana
angle-nya, bagaimana posenya, kostumnya, dan backgroundnya (misalnya, ternyata
tanaman/taman bisa menjadi background yang bagus). Tren foto studio itu
berlangsung sampai ketika saya SMA (tahun 2006). Oya, selain mengamati foto
teman-teman, saya juga suka mengumpulkan brosur-brosur dari studio foto.
Lagi-lagi saya belajar dengan mengamati foto-foto yang ada di situ :P (btw, koleksi brosur-brosur itu masih saya
simpan, walaupun sebagian studionya sekarang sudah tutup).
Ketika SMA, saya mendapatkan kamera SLR
analog. Kamera ini milik tetangga oma saya, kemudian dibeli oleh saudara sepupu
saya. Nah, saya menabung untuk membeli kamera itu dari sepupu saya, tapi
akhirnya diberi gratis :) hehehe.
Sampai dengan kuliah (tahun 2006), saya masih pakai kamera saku analog, padahal
sudah banyak kamera saku digital. Katrok yak. Lagi-lagi karena harganya masih mahal untuk
kantong saya. Kadang jengkel karena tidak praktis. Pingiiiiin sekali punya
kamera digital. Jadinya, saya sering meminjam kamera saku digital milik teman
saya. Siapa yang bawa kamera digital, saya pinjam. hehehe. Teman-teman saya
ternyata suka hasil jepretan saya :)
Yang paling menyenangkan adalah ketika foto hasil jepretan saya (dengan
meminjam kamera teman), dipakai untuk banner di kampus. Ketika itu ada dua
kakak angkatan yang mendapat beasiswa pertukaran pelajar, yang kebetulan juga
teman magang saya. Pas di kantor, iseng-iseng motret-motret, eh, ternyata foto
itu dipakai untuk banner yang mengumumkan penerima beasiswa :D
Tahun 2008 baru kesampaian beli kamera
saku digital... prosesnya pun panjang. Saat itu papa saya sedang penelitian
untuk disertasinya, respondennya berjumlah 900 sekian hampir 1000. Saya dimintai
tolong untuk meng-input data, dan diberi fee Rp. 1000 per kusioner. Fiuhh...
menginput data ini nampaknya sepele, tetapi sebenarnya melelahkan mata, tangan,
dan punggung >_< lha hampir seribu
responden, yang masing-masing buklet kuesioner berisi 130an item. Akhirnya dapat, deh uang sejuta :D (sebenarnya Rp. 900.000 sekian, tapi
dibulatkan sebagai bonus :)). Ditambah Rp. 250.000 sama mama, akhirnya bisa
beli kamera saku digital :D Kodak C1013.
Sejak punya kamera digital, semakin
sering memotret, mulai dari motret yang bagus sampai hal-hal geje alias gak jelas, hehehe. Ketika ke kampus, hampir selalu saya bawa,
sering motret teman-teman. Suatu ketika, ada lomba foto yang diadakan oleh
Perpustakaan Unair dalam rangka ulang tahun perpustakaan. Tema fotonya
berkaitan dengan perpustakaan. Saya mengirimkan foto ini...
Awalnya hanya ada sekitar 4 teman yang ingin difoto, tetapi teman-teman lain yang kebetulan saat itu lewat juga ingin ikut difoto, jadinya ya foto ramai-ramai begini :D
Saya memang tidak menang, tetapi foto karya saya malah dijadikan background website perpustakaan Unair dan untuk cover brosur :D
Kemudian, bulan Agustus 2011, dosen saya, pak @Bukik merilis buku The Dancing Leader sebagai #KadoMerdeka, di mana pada buku itu terdapat foto-foto penari (dancer) sebagai ilustrasi. Sebelumnya, pak Bukik mengajak para fotografer untuk mengirim karyanya. Ya saya ikutan (padahal waktu saya ngirim sudah mepet deadline). Dan.... ada dua foto karya saya yang dipakai :D di halaman 11 (tari pergaulan dari Papua) dan 27 (penari Bali). *thanks a lot ya, Pak \(^0^)/ *
Sekarang banyak orang yang “berkalung”
kamera DSLR, dan saya masih “setia” dengan kamera saku digital saya. Honestly, saya juga ingin. Tapi dana belum
mencukupi (walaupun ada DSLR yang low-end). Tapi nggak masalah, dengan
keterbatasan kamera yang saya miliki saya tetap dapat menghasilkan foto yang bagus
(yang saya puas hasilnya) dan orang lain juga suka. Tetap berlatih dengan apa
yang ada untuk menghasilkan sebaik mungkin :)
dan ini merangsang & meningkatkan kreativitas, dan juga
self-efficacy :) oya, kata-kata
fotografer favorit saya, Arbain Rambey, yang saya suka adalah: kamera yang terbaik
adalah kamera yang anda miliki. Terus memotret!
So, apapun minat anda, tetaplah lakukan & perjuangkan
itu. dan seperti yang saya tulis di
awal, bahwa keterbatasan dana malah “memberi” peluang kepada anda untuk menjadi
lebih kreatif ;)
Foto-foto karya saya, saya upload di Flickr, url-nya www.flickr.com/photos/josephineantonia atau klik ikon Flickr di bagian kanan atas halaman ini :) silakan mampir :)
cheers!
jo \(^o^)/
jo \(^o^)/
No comments:
Post a Comment