Anda pernah ke Surabaya? Atau berdomisili di
Surabaya? Pernah berjalan-jalan di taman kota? Kalau belum pernah, coba deh
sesekali mengunjungi taman kota untuk refreshing :)
Yay, salah satu
keistimewaan Surabaya adalah semakin banyaknya taman-taman kota. Taman yang
sudah lebih dulu ada & terkenal yaitu Taman Bungkul, Taman Apsari, dan
Kebun Bibit Bratang, kini semakin banyak taman-taman yang dibuat dan semakin
banyak juga orang yang berekreasi di taman-taman kota. Salah satu taman yang
kini ramai dikinjungi adalah Kebun Bibit Wonorejo. Sebenarnya kebun ini sudah
lama ada, namun dulu hanya sebagai tempat pembibitan tanaman, dan tidak dibuka
untuk umum. Baru pada 2010, taman seluas 5,9 hektar yang dikelola oleh Dinas
Kebersihan dan Pertamanan ini, diperbaiki dan dibuka untuk umum.
Hari Jumat, 23
Maret 2012 yang lalu, bertepatan dengan Tahun Baru Saka (dan libur, tentunya ;)aku,
adikku (Jessica), dan temannya adikku (Dea) bermain di kebun bibit Wonorejo.
Sebelumnya, aku dan adikku juga sudah pernah beberapa kali ke kebun bibit, dan
juga taman lainnya, seperti taman
kunang-kunang (Pandugo) dan kebun bibit Bratang atau yang kini disebut taman
flora. Ya, aku memang berusaha memperkenalkan kepada adikku bahwa bermain di
taman itu asyik juga, biar nggak mall-minded,
itu maksudku.
Ingin tahu
bagaimana asyiknya kebun bibit Wonorejo?Silakan lihat pada foto-foto di bawah ini :)
Ada anak-anak yang
bermain air, bermain ayunan, bersepeda, ada sekelompok mahasiswa yan sedang
membuat film pendek, ada orangtua yang yang mengajak anaknya yang masih balita,
dan .... ada yang melakukan photo session.Ya, memang kebun bibit ini merupakan spot yang asyik untuk melakukan photo session. Pemandangannya indah, dan
tentu saja, gratis, tidak perlu mengeluarkan uang untuk sewa lokasi. Setiap
kali saya ke sini, selalu saja ada fotografer yang sedang memotret kliennya. Ya
sebenarnya saya juga, sih.. hehehe, bersantai sekaligus memoret adikku dan
temannya, ya untuk menambah portofolio :D
Bagaimana?
menarik, kan? yuk ke kebun bibit :D
Ingin tahu
lebih lanjut mengenai taman-taman di Surabaya? Silakan klik tautan-tautan
berikut :)
Membuat essay ini, mengngatkanku pada tugas Filsafat Manusia pada awal kuliah dulu yang dosennya juga Pak Bukik. Pertanyaan-pertanyaan yang aku jawab melalui essay ini super sekali (meminjam istilahnya Mario Teguh). Baru mau mengetik, eh malah nangis duluan... (padahal sering aku nggak bisa nangis)... Suatu pengalaman yang super sekali bisa mengikuti ini :)
Bukik Bertanya: Si
Srikandi calon Fashion Entrepreneur
This is Me
Namaku Josephine,
tapi karena panjang, maka teman-temanku memangilku dengan Jo, Joey, Jos, Yos,
atau Pin. Resminya sebenarnya Antonia Yosephine R.P., dan tidak menuliskan
kepanjangan R.P. Sedangkan di media sosial atau di tempat yang tidak harus
menggunakan nama sesuai KTP, aku menulis namaku Josephine Antonia. Mengapa aku
balik? Supaya nama panggilanku ada di first name, itu saja.
Penasaran dengan
arti namaku yang terdengar ke-bule-bule-an ini? Antonia adalah nama baptisku,
diambil dari nama St. Antonius, dan juga diambil dari nama kakekku. Ya, aku
adalah cucu kesayangannya :’) Sedangkan
Josephine dari nama St. Joseph. Sejak kelas 2 SD, aku memilih Josephine sebagai
nama panggilanku, sebelumnya panggilanku Vivin *cuma di rubrik Bukik Bertanya
aku membuka ini. hahaha*. Awalnya aku hanya sekedar suka dengan nama Josephine,
tapi sekarang, aku sangat suka dengan nama ini, terutama setelah menonton film
The Nativity Story. St. Joseph juga seorang kudus yang dijadikan patron
(patronage saint) bagi keluarga dan pekerja. Pekerja.. ya salah satu concern-ku
adalah mengenai ketenagakerjaan, aku ingin menjadi wiraswasta yang memanusiakan
pegawai.
Kejadian
menggetarkan bersama ayah
Sejujurnya, tidak
banyak hal yang aku lakukan bersama papa.... Tapi ada dua hal yang tidak bisa
aku lupakan, yaitu ketika aku diterima PMDK jalur prestasi di Fakultas
Psikologi Unair. Ketika itu di warnet untuk melihat pengumuman penerimaan
mahasiswa. Papa menciumku, dan aku merasakan ada kebanggaan dalam dirinya.
Itulah aku benar-benar merasakan ciuman seorang ayah. Mengapa begitu, aku
ceritakan detilnya pada bagian selanjutnya ya. Kejadian kedua yang menggetarkan
adalah baru-baru ini. Tepatnya bulan Agustus 2011. Pada hari itu, papa bilang
kalau tidak enak badan, awalnya dikira keracunan makanan, jadi aku belikan
degan hijau. Papa waktu itu minta ditemani, jadi aku tidak ke kampus. Karena
tidak ada perkembangan berarti, aku memaksa papa untuk aku antarkan ke rumah
sakit, tapi papa tidak mau. Sore harinya, kakinya semakin terasa berat.
Akhirnya mama membawa papa ke UGD rumah sakit RKZ naik taksi. Aku di rumah
bersama adikku. Tapi kemudian aku menyusul, malam-malam naik sepeda motor untuk
membawakan pakaian, makan malam, dan air suci. Suatu kejadian yang membuat kami
shock, papa didiagnosis stroke dan jantung.... tapi saat itu intuisiku mengatakan everything
gonna be OK. Beberapa hari kemudian aku menjenguknya di rumah sakit. Saat itu
sore hari menjelang malam. Entah mengapa, aku rasanya ingin ke kapel yang ada
di rumah sakit itu. Di sana, aku baru tahu bahwa ada lantai 2, yaitu tempat
Adorasi, yaitu ruangan yang sangat kudus, tempat pentahtaan hosti kudus. Rasanya seperti ada yang menunjukkanku.
Aku naik ke lantai 2, ke tempat Adorasi. Begitu masuk, aku langsung berlutut
dan nangis... nggak bisa berkata apa-apa lagi. Rasanya campur aduk, nggak karu-karuan,
antara kemarahan sama papa yang sudah memuncak dan rasa kasihan, dan kegalauanku
karena belum dapat ijin mengambil data untuk skripsi. Aku cuma bisa nangis sambil curhat kepada Sang
maha Kasih. Tapi saat itu yang aku doakan hanya kesembuhan papa, supaya papa
tidak perlu operasi jantung (yang biayanya dan resikonya besar). Kira-kira 15
menit kemudian aku keluar, dan petugas yang berjaga di ruang Adorasi itu
memberiku tisu dan bertanya kepadaku, apa masalahku. Aku cerita dan lagi-lagi
sambil nangis. kemudian dia memberiku formulir untuk menuliskan permohonanku
untuk didoakan oleh tim pendoa. Aku keluar kapel dan mencuci muka, aku nggak
mau ketahuan kalau baru saja nangis. Kemudian aku kembali ke kamar papa, dan
pamitan pulang.
Dua minggu lamanya
papa dirawat di rumah sakit, cukup lama memang. Tapi ada hal yang aku syukuri,
yaitu papa memang terkena stroke tetapi untungnya hanya penyumbatan, tidak
terjadi pecah pembuluh darah, dan tidak perlu operasi jantung, walaupun setiap
hari seumur hidup harus minum obat. Thanks God! Jadi papa masih bisa beraktivitas
normal, masih bisa bekerja, tetapi tentu saja tidak boleh capek dan stres, dan juga harus didampingi terutama karena emosinya sering naik-turun.
Kejadian
menggetarkan bersama mama... ketika mama
mendaftarkanku di suatu SMP. Pihak sekolah cenderung menyepelekan calon siswa
dari sekolah luar. (SMP yang aku tuju adalah kompleks dari TK-SD-SMP yang
hampir semua siswa SMP adalah lulusan dari SD itu). Mama tidak menyerah, beberapa
kali mama ke sana untuk meminta informasi kapan pendaftaftaran, dan lain
sebagainya. kemudian ketika mau masuk
SMA, mama sore-sore pulang dari tempat kerjanya langsung ke SMA yang aku tuju,
padahal jauh. Mama bernegosiasi, tawar-menawar dengan pihak bendahara sekolah,
supaya dapat mencicil uang pangkal yang mahal itu. Pihak benadahara sekolah
bersikeras bahwa tidak bisa dicicil, tapi mama tetap berjuang, dan akhirnya
mama diperbolehkan mencicil uang pangkal.
Tentang Kejadian
yang mengubah diri .... ada beberapa milestone dalam hidupku, ini ceritanya:
Ketika aku SMP,
aku masuk di suatu SMP swasta favorit. Seperti yang aku ceritakan di atas, SMP
itu merupakan kompleks dari TK-SD-SMP. Sementara aku dari SD lain. Sebagian
besar teman SD-ku melanjutkan di SMP yang satu kompleks dengan SD (sekolah
SD-ku juga kompleks, dari TK-SD-SMP-SMA). Di SMP itu, siswa yang dari SD luar
hanya 12 anak. Aku bingung bagaimana aku harus bergaul dengan siswa-siswa SMP
itu yang sudah membentuk kelompok-kelompok sendiri, ditambah lagi sebagian
besar dari mereka hanya mau berteman dengan yang sama-sama kaya saja. Lha aku?
Aku dari keluarga biasa, bukan kaya. Jadi temanku di SMP hanya sedikit sekali,
bahkan ada yang memusuhiku tanpa alasan yang jelas. Hal yang membuatku bangga
terhadap diriku adalah prestasi akademisku yang bagus, dan skor IQ ku yang 135.
Saat itu aku masih sangat percaya dengan tes intelegensi dan skor IQ. Ketika
kelas 3 SMP barulah aku memiliki lebih banyak teman, walaupun tidak banyak
tetapi lebih banyak daripada sebelumnya (dan sampai sekarang masih
berhubungan). Masa SMP itu masa yang berat bagiku, tapi saat itulah aku
menemukan cita-citaku, yaitu jadi Psikolog! Ya, jadi Psikolog. Jarang banget
kan anak SMP bercita-cita jadi Psikolog
:P
SMA... Thanks God,
aku diterima di SMA yang aku cita-citakan sejak SD, yaitu SMA St. Louis 1
Surabaya. Dulu ketika SD, sepulang dari gereja (yang tempat parkirnya di
halaman SMA), dalam hati aku berkata ke diriku: Aku besok harus sekolah di
sini. Bangga dan senang sekali. Yang bersekolah di sini tidak hanya dari Surabaya atau Jawa Timur,
tapi ada juga cukup banyak yang dari luar pulau.
Awalnya
lancar-lancar saja, kelas 1 aku ranking 10. Not bad, lah. Tapi di kelas 2, situasi keluargaku kacau,
sangat kacau. KDRT, itu yang aku alami, tidak hanya aku, tapi juga adikku (yang
masih kecil), dan terutama mamaku.... Prestasiku sangat turun... sama sekali tidak
bisa belajar... bahkan apa yang aku pelajari, besoknya aku sudah lupa. Dan
kondisi ini juga diperparah karena teman-temanku menjauh.. (kelas di kelas 2
muridnya sama dengan ketika kelas 1). Nilaiku sangat jauh merosot, bahkan ada
tiga mata pelajaran yang dapat nilai 5, aku takut tidak naik kelas... tapi aku
berusaha menyeimbangkan di mata pelajaran yang aku kuasai sehingga nilai
rata-rata masih 7,0 dan masih bisa naik kelas :)
Di kelas 2 ini,
hidupku benar-benar kacau, hampir setiap hari aku pusing, dan aku sampai “ketergantungan
obat”, ke manapun harus membawa dan tiap hari harus minum obat penghilang
pusing. Dan.... pikiran untuk suicide muncul beberapa kali... tapi setiap kali
mencul keinginan itu, rasanya ada yang menahanku. Aku juga diramal oleh seorang
kakak kelas yang mengaku bisa meramal bahwa aku akan mengalami kesulitan dalam
mencapai cita-citaku (dan untungnya aku tidak percaya).
Suatu ketika, saat itu hari
Minggu pagi, dan aku tertidur dengan tv yang masih menyala (that’s my bad habit
on Saturday nite). Aku terbangun karena suara tv, dan kebetulan acaranya adalah
penyegaran rohani. Di situ dikatakan bahwa Tuhan punya rencana yang indah untuk
kita, seperti dalam kitab Jeremiah 29:11 “For I know the plans I have for you,”
says the Lord, “They are plans for good and not for disaster, to give you a
future and a hope”. Inilah kata-kata yang menguatkanku, untuk bangkit.
Kebetulan hari itu adalah hari raya Pentakosta. Di gereja, aku nangis ketika
berdoa (tapi tetap tidak mau ketahuan kalau nangis), ternyata Tuhan masih
sayang sama aku. Saat itulah aku tergerak untuk mengontrol hidupku sendiri, aku
harus move on. Kebetulan aku membaca The 7 Habits of Highly Effective Teens.
Aku melakukan yang ditulis di buku itu. Aku pun kembali beriman, sebelumnya aku
sempat kehilangan iman...
Ketika libur kenaikan kelas dari
kelas 2 ke kelas 3, aku mencoba merancang kembali hidupku.. entah dapat insight
dari mana... kemudian dioperasionalkan seperti pada buku The 7 Habits of Highly
Effective Teens. Aku ingin menjadi aku yang baru. Lalu aku bayangkan aku seperti
apa, kemudian menuliskan bagaimana langkah konkritnya (koq mirip Appreciative Inquiry
ya. hehehe). Catatanku mengenai langkah-langkah yang aku tempuh, sudah hilang
entah di mana, tapi aku berhasil (setidaknya menurutku) menjadi aku yang baru. Salah
satunya, lebih friendly kepada orang lain, menyapa teman duluan. Di kelas 3 aku
mencoba kenalan dengan teman-teman baru, jadi lebih terbuka :) Aku akhirnya bisa memperbaiki nilaiku,
misalnya Matematika dari nilai 5 (di kelas 2) menjadi 7, dan aku masuk ranking
5 :) dan bisa mendaftar dan akhirnya diterima di tiga perguruan tinggi :D (1 jalur PMDK prestasi di Psikologi Unair, 1
jalur prestasi di Psikologi & Manajemen Widya Mandala, dan 1 jalur SPMB di
Universitas Negeri Malang), dan aku
memilih Psikologi Unair :D
Yang saya
hargai....
dari diri saya,
banyak sebenarnya, hehehehe. Sejak kecil
saya suka mengamati dan suka bertanya, kenapa begini, kenapa koq harus begitu,
kenapa nggak begini saja... kemudian,
kemampuanku. Tahun 2007-2008 lalu, aku membantu mama membuat rangacangan untuk mengajar
(kalau disingkat RPP, tapi aku lupa kepanjangannya), di waktu yang bersamaan
aku membantu papa menyelesaikan disertasinya, mulai dari hal klerikal (yang
membosankan itu) seperti men-input data, sampai diskusi. Kebetulan papa
mengambil manajemen sumber daya manusia yang banyak overlap-nya dengan
psikologi. Selain itu juga mendampingi adikku belajar. Adikku tidak mau les di
luar, jadinya aku yang mengajari lagi (sampai sekarang), tapi tidak sekedar mendikte,
tetapi menjelaskan menggunakan konteks dan contoh nyata sehingga adikku tidak
hanya menghafal tetapi juga tahu manfaat yang dia pelajari dan lebih merasa
enjoy :)
...itu hanya
sebagian yang aku banggakan dari diriku... masih ada lagi, sih sebenarnya.
Dari mama... mama
sangat penuh kasih sayang, mama yang menjadi tulang punggung keluarga, terutama
sejak papa kuliah S2 (selama dua tahun) dan S3 (selama tujuh tahun) di
Yogyakarta..Mama juga paling rajin berdoa. Walaupun kadang mama sulit mengambil
keputusan, tapi mama yang paling rajin. Mamaku tipe kepribadiannya adalah
E/ISFJ, kebalikanku.
Dari papa... papa
sangat berdedikasi terhadap ilmu pengetahuan, kuliah sampai S3, bahkan dengan
biaya sendiri (dan minta mama :P).
Dari adikku,
Jessica... dia kreatif dan baik kepada orang lain. Misalnya dia pernah
bercerita bahwa dia tidak mau gank-gank-an karena ingin berteman dengan
semuanya. Oya, untuk seusianya (usia SMP), adikku ternyata sudah punya value
yang menurutku luar biasa. Suatu ketika adikku cerita ke aku, kurang lebih
seperti ini: “Tadi aku lupa kalau ada ulangan Fisika. Aku nggak belajar, ya aku
kerjakan sebisaku, mungkin cuma dapat 60. Tapi aku mending dapat nilai jelek
daripada nyontek”. Wow!
Saurada-saudara
sepupuku dan juga teman-teman adikku tahu bahwa aku sangat sayang pada adikku. Ya,
aku memang sangat sayang pada adikku Jessica,
karena dia adikku yang bisa kusayangi secara nyata... dan adikku yang membuatku untuk survive, karena aku berpikir bahwa adikku masih membutuhkanku. Sebenarnya aku punya tiga
adik, tapi dua keguguran... (yang anak ke-2 dan ke-4). Jadilah, aku hanya
berdua dengan Jessica (sebenarnya dia anak ke-3).
Dari orang lain...
Orang-orang itu
unik, dan aku suka mengamati. Dari situ aku sering menemukan sesuatu yang
spesial dari dirinya. Misalnya, ada seorang ibu (di tempatku KKN) yang berusaha
agar anak-anaknya dapat sekolah hingga lulus SMA, dan dia bekerja sebagai
pembantu rumah tangga.
Dari Indonesia...
Jujur, aku dulu
ketika kecil sampai SMA tidak peduli dengan Indonesia, tapi sejak kuliah muncul
kecintaanku pada Indonesia (salah satunya pada Facebook, aku menulis political
view dengan “aku cinta Indonesia”). Aku melihat Indonesia sebagai bangsa yang
sedang belajar, terutama belajar berdemokrasi dan belajar menghargai keragaman.
Oya, aku ceritakan deh, salah satu wujud kecintaanku pada Indonesia dengan
segala keragamannya. Beberapa waktu lalu aku berkenalan dengan seseorang
melalui Facebook. Karena nampaknya dia baik, maka aku memberi nomer
handphone-ku ketika dia minta. Suatu ketika dia mengirimiku sms: “eh, aku mau
tanya, kamu indiren atau tenglang?”.
Langsung aku balas: “I’m Indonesian and I’m proud of it! Aku WNI, warga
negara Indonesia, titik. Please deh, hari gini masih rasis”. Lalu dia membalas
dengan minta maaf.
Dari kehidupan...
Kehidupan itu
proses... yang membuat diriku semakin matang dan semakin “aku”. Kehidupan
memberiku banyak pengalaman berharga, melaui segala yang ada di dalamnya.
Simbolku... apa
ya, seringkali ketika diminta memilih atau membuat simbol diri, aku bingung. hahaha.
Tapi aku memilih Srikandi, tokoh dalam pewayangan yang merupakan wanita yang
tangguh.
Indonesia 2030
Indonesia menjadi
negara yang sejahtera, berkecukupan, pendidikan merata, dan masyarakat bisa
saling menghargai. Alamnya tetap terjaga, masih banyak sawah, pohon dan tanaman,
dan daerah resapan air, termasuk di kota-kota besar, serta dapat mengolah
sampah sehingga sampah tidak jadi masalah besar.
Masyarakatnya
sudah memiliki kesadaran terhadap mother earth, dan bersaing secara sehat.
Yang sudah aku
lakukan adalah menanam tanaman di rumah (termasuk di genting) dan mengurangi
penggunaan plastik dan styrofoam. Ini memang langkah yang sangat kecil, tapi
bisa menular. Misalnya ketika belanja di swalayan, saya sering tidak meminta
kresek, dan (semoga ada yang melihat dan meniru), dan saya sangat suka bubur
ayam, tapi kalau beli saya membawa tempat sendiri jadi tidak perlu pakai
styrofoam. Itu mengenai alam. Kalau mengenai keragaman, yang saya lakukan
adalah bergaul dengan siapapun, dan juga mempelajari berbagai agama, dengan
mengenal agama lain, maka aku dapat menemukan bahwa semua agama itu baik dan
aku bisa semakin respect terhadap ajarannya dan penganutnya :)
Biografiku nanti
judulnya
Jo si Srikandi:
Dulu menjual Baju Bekas, kini Fashion ENTrePeneur
Aku pernah jualan
baju bekas di emperan pasar Karang Menjangan, lho, tapi uangnya tidak untuk
aku, tetapi untuk mengumpulkan dana untuk
Welcome Party salah satu unit kegiatan mahasiswa, di mana aku pernah menjadi
ketua panitia. Fashion entrpeneur, itu salah satu cita-cita jangka dekat yang
sedang aku wujudkan. Mengapa fashion? Menurutku semua orang, mulai yang
bertubuh kecil sampai besar, berhak memakai pakaian yang bagus dan terjangkau
harganya. Sementara di pasaran pakaian sering dibuat ukuran kecil saja. Selain
itu, bagiku, manusia itu adalah subjek fashion, bukan objek fashion atau
manekin, jadi aku mengutamakan keunikan pemakainya. Tunggu ya, tak lama lagi
label pakaianku aku rilis :)
Srikandi? Kenapa
Srikandi? Kehidupan yang aku lalui, termasuk KDRT, membuatku menjadi seorang
wanita mandiri, dan Srikandi adalah tokoh favoritku. Aku juga baca novelnya lho
;)
Hal konyol?
Banyak. Ada yang konyol lucu, ada yang konyol kebodohan. Yang lucu: dulu ketika
SMA rambutku panjang, hampir sepinggang. Sehari setelah Imlek 2006 (aku kelas
3), sebagian murid tidak masuk karena masih pulang kampung. Maka pelajaran di
sekolah sambil santai, dan foto-foto (kebetulan ada yang bawa kamera). Kami
foto-foto di kelas. Ketika berfoto, aku berdiri di tengah, dan rambutku aku
urai ke depan (silakan dibayangkan, menyeramkan). Ketika hasil foto dilihat,
fotonya jadi nampak menyeramkan karena seperti ada penampakan. hahaha.
Kalau konyol
(menurutku adalah kebodohan).... aku tidak cepat lulus kuliah (padahal aku
masuk melalui jalur prestasi dan awalnya lancar). Memang ada berbagai sebab,
termasuk hal-hal KDRT yang aku alami lagi dan situasi keluargaku yang kacau
akhir-akhir ini, tapi yang menurutku konyol adalah aku sudah lama tidak menemui
dosen pembimbingku.... this is my confession.... Kini aku berusaha (lagi) untuk bangkit dan
lulus.
...Ketika kau
terjauh rasanya sungguh sakit, namun sekarang saatnya untuk bangkit...
Anda mungkin pernah mendengar istilah
“kreatif = KeRE AkTIF”, tau mungkin anda
juga setuju dengan istilah itu? Hahaha. Kere itu adalah sebuah kata dalam
bahasa Jawa, yang artinya tidak mempunyai banyak uang atau miskin. Kalau
kondisi finansial anda pas-pasan, tidak perlu minder, justru ini kesempatan
anda untuk menjadi lebih kreatif dibandingkan dengan kawan-kawan anda yang
mudah mendapatkan segala yang diinginkan karena memiliki banyak uang (walaupun
mungkin itu uang dari ortu). hehehe.
Di sini saya mau bercerita pengalaman
saya sebagai manusia kreatif, alias kere tapi aktif. hahaha.
Oke, salah satu minat saya adalah
fotografi, sebenarnya sejak lama, sih... yang saya ingat, waktu saya kelas 3 SD
(tahun 1996-1997), diajak menginap di suatu hotel yang bagus di kota Batu
ketika acara gathering dari kantor papa saya bekerja. Di sana saya malah asyik
sendiri keliling taman dan playground di hotel itu sambil memotret. Ya tentu
saja pakai kamera saku yang menggunakan film. Waktu-waktu berikutnya, saya juga
sering menggunakan kamera itu untuk memotret, tapihasilnya hanya dicuci tetapi
tidak dicetak, karena mahal (apalagi untuk kantong anak SD), kadang juga tidak
dicuci. hahaha. Kamera saku film memang murah, kata mama harganya hanya Rp.
20.000 waktu itu, tetapi yang mahal adalah harus beli film-nya, kemudian kalau
sudah harus dicuci, dan dicetak.
Sayangnya saya waktu itu tidak menyimpan filmnya dan entah di mana
semua... yang penting puas motret, itu yang saya pikirkan waktu masih kecil.
Ketika saya SMP, saat itu tahun 2000.
Mungkin anda masih ingat salah satu yang lagi nge-trend saat itu? Photobox.
Sebuah bilik kecil yang ada kamera digital dan layar, sehingga konsumen bisa
memotret sendiri. Nah, teman-teman saya (yang uangnya tebal) punya hobi foto di
photobox. Hampir tiap minggu ada yang pamer foto hasil jepretan di photobox.
Selain itu, juga sedang trend berfoto di studio, yang studionya juga
menyediakan kostum yang bagus-bagus. Lagi-lagi, teman-teman pun suka berfoto di studio semacam itu. Biayanya?
Menurut saya mahal. Saya akhirnya hanya ikut-ikutan melihat foto-foto yang
dipamerkan teman-teman saya itu. Tapi, apakah saya hanya melihat begitu saja?
Tentu tidak. Saya tidak hanya melihat, tetapi mengamati.Misalnya, bagaimana
angle-nya, bagaimana posenya, kostumnya, dan backgroundnya (misalnya, ternyata
tanaman/taman bisa menjadi background yang bagus). Tren foto studio itu
berlangsung sampai ketika saya SMA (tahun 2006). Oya, selain mengamati foto
teman-teman, saya juga suka mengumpulkan brosur-brosur dari studio foto.
Lagi-lagi saya belajar dengan mengamati foto-foto yang ada di situ :P (btw, koleksi brosur-brosur itu masih saya
simpan, walaupun sebagian studionya sekarang sudah tutup).
Ketika SMA, saya mendapatkan kamera SLR
analog. Kamera ini milik tetangga oma saya, kemudian dibeli oleh saudara sepupu
saya. Nah, saya menabung untuk membeli kamera itu dari sepupu saya, tapi
akhirnya diberi gratis :) hehehe.
Sampai dengan kuliah (tahun 2006), saya masih pakai kamera saku analog, padahal
sudah banyak kamera saku digital.Katrok yak. Lagi-lagi karena harganya masih mahal untuk
kantong saya. Kadang jengkel karena tidak praktis. Pingiiiiin sekali punya
kamera digital. Jadinya, saya sering meminjam kamera saku digital milik teman
saya. Siapa yang bawa kamera digital, saya pinjam. hehehe. Teman-teman saya
ternyata suka hasil jepretan saya :)
Yang paling menyenangkan adalah ketika foto hasil jepretan saya (dengan
meminjam kamera teman), dipakai untuk banner di kampus. Ketika itu ada dua
kakak angkatan yang mendapat beasiswa pertukaran pelajar, yang kebetulan juga
teman magang saya. Pas di kantor, iseng-iseng motret-motret, eh, ternyata foto
itu dipakai untuk banner yang mengumumkan penerima beasiswa :D
Tahun 2008 baru kesampaian beli kamera
saku digital... prosesnya pun panjang. Saat itu papa saya sedang penelitian
untuk disertasinya, respondennya berjumlah 900 sekian hampir 1000. Saya dimintai
tolong untuk meng-input data, dan diberi fee Rp. 1000 per kusioner. Fiuhh...
menginput data ini nampaknya sepele, tetapi sebenarnya melelahkan mata, tangan,
dan punggung >_< lha hampir seribu
responden, yang masing-masing buklet kuesioner berisi 130an item. Akhirnya dapat, deh uang sejuta :D (sebenarnya Rp. 900.000 sekian, tapi
dibulatkan sebagai bonus :)). Ditambah Rp. 250.000 sama mama, akhirnya bisa
beli kamera saku digital :D Kodak C1013.
Sejak punya kamera digital, semakin
sering memotret, mulai dari motret yang bagus sampai hal-hal geje alias gak jelas, hehehe. Ketika ke kampus, hampir selalu saya bawa,
sering motret teman-teman. Suatu ketika, ada lomba foto yang diadakan oleh
Perpustakaan Unair dalam rangka ulang tahun perpustakaan. Tema fotonya
berkaitan dengan perpustakaan. Saya mengirimkan foto ini...
Awalnya hanya ada sekitar 4 teman yang ingin difoto, tetapi teman-teman lain yang kebetulan saat itu lewat juga ingin ikut difoto, jadinya ya foto ramai-ramai begini :D
Saya memang tidak menang, tetapi foto
karya saya malah dijadikan background website perpustakaan Unair dan untuk
cover brosur :D
Kemudian, bulan Agustus 2011, dosen saya,
pak @Bukik merilis buku The Dancing Leader
sebagai #KadoMerdeka, di mana pada buku itu terdapat foto-foto penari
(dancer) sebagai ilustrasi. Sebelumnya, pak Bukik mengajak para fotografer
untuk mengirim karyanya. Ya saya ikutan (padahal waktu saya ngirim sudah mepet
deadline). Dan.... ada dua foto karya saya yang dipakai :D di halaman 11 (tari
pergaulan dari Papua) dan 27 (penari Bali).
*thanks a lot ya, Pak\(^0^)/*
Sekarang banyak orang yang “berkalung”
kamera DSLR, dan saya masih “setia” dengan kamera saku digital saya. Honestly, saya juga ingin. Tapi dana belum
mencukupi (walaupun ada DSLR yang low-end). Tapi nggak masalah, dengan
keterbatasan kamera yang saya miliki saya tetap dapat menghasilkan foto yang bagus
(yang saya puas hasilnya) dan orang lain juga suka. Tetap berlatih dengan apa
yang ada untuk menghasilkan sebaik mungkin :)dan ini merangsang & meningkatkan kreativitas, dan juga
self-efficacy :) oya, kata-kata
fotografer favorit saya, Arbain Rambey, yang saya suka adalah: kamera yang terbaik
adalah kamera yang anda miliki. Terus memotret!
So, apapun minat anda, tetaplah lakukan & perjuangkan
itu. dan seperti yang saya tulis di
awal, bahwa keterbatasan dana malah “memberi” peluang kepada anda untuk menjadi
lebih kreatif ;)
Foto-foto karya saya, saya upload di Flickr, url-nya www.flickr.com/photos/josephineantonia atau klik ikon Flickr di bagian kanan atas halaman ini :) silakan mampir :)
Jogja, atau Yogyakarta, memang istimewa. Selain karena keistimewaan daerahnya, Jogja memang menyenangkan. Walaupun sudah pernah ke sana, tetap saja ingin lagi dan lagi. Bulan Oktober 2011 lalu, untuk kesekian kalinya saya ke Jogja. Kali ini tujuan utamanya sebenarnya adalah acara Ujian Terbuka atau Promosi Doktor papa saya. Promosi Doktor itu acara wisuda untuk Strata 3. Tetapi, selain untuk menghadiri acara formal itu, saya, adik, dan mama juga menyempatkan untuk menikmati asyiknya kota gudeg ini.
Selain berjalan-jalan bersama mama dan adik, saya juga berjalan-jalan sendiri, ya benar-benar jalan kaki. Sebenarnya saya sudah lama ingin jalan-jalan dengan berjalan kaki di Jogja, karena biasanya naik mobil. Ternyata memang asyik berjalan kaki, bisa sambil mengamati kegiatan orang-orang dan hal-hal unik , dan memotret. Nah, inilah yang mau saya ceritakan melalui foto-foto :)
Saya menginap di Hotel Bhinneka di jalan Mangkubumi, dekat Stasiun Tugu. Dari hotel, saya berjalan ke jalan Malioboro, lanjut ke jalan A. Yani, lalu ke jalan Senopati. Dari perempatan jalan Mayor Suryotomo saya naik bis ke jalan Mataram. Dari jalan Mataram, jalan kaki lagi lewat jalan Perwakilan, lalu kembali lagi hotel. Nah, untuk jelasnya, silakan lihat di peta berikut ini :)
Sebenarnya saya juga ingin mampir ke suatu pabrik limun sarsaparila di jalan Dagen, karena penasaran, tapi akhirnya saya batalkan di pertengahan jalan Dagen, dan kembali lagi ke jalan Malioboro.
Di pojok jalan A. Yani dan Senopati ada Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949, namun karena saat itu sedang ada acara dan memakai terop, maka saya tidak bisa memotret (karena terhalang terop)... Yang bisa saya potret karena unik ya sepeda raksasa ini. Besar ya.
Di jalan Senopati juga ada Kantor Pos dan Bank Indonesia dengan arsitekturnya yang unik. Di dekat Bank Indonesia, ada gereja St. Fransiskus Xaverius alias gereja Kidul Loji. Sebenarnya saya berencana ke sana tapi ternyata tertutup dan tidak ada petugasnya (biasanya di Surabaya ada petugas keamanannya dan tetap buka), akhirnya saya cuma memotret. Yang menarik di jalan Senopati adalah Taman Pintar. Dulunya kawasan Taman Pintar ini adalah shopping center (tapi biasa disebut “soping” bukan “shopping”) yang menjual buku-buku. Tapi sayangnya tutup, tidak bisa mampir deh...
Bank BNI 46 Yogyakarta
Bank Indonesia, Yogyakarta
Gereja St. Fransiskus Xaverius
Nah, berikut ini foto-foto tentang keunikan Jogja :)
Palang kereta api di dekat Stasiun Tugu
bentuknya unik
Plang tulisan nama jalan Malioboro dan lampu penerangan jalan khas Jogja. Plang nama jalan di Jogja hampir semuanya ditulis dengan 2 aksara, yaitu huruf Latin dan huruf Jawa.
Dokar, alat transportasi khas Jogja
Becak Jogja
Bermain Catur di trotoar jalan Malioboro
Salah satu warung angkringan di jalan Sosrowijayan
Aneka jajanan khas Jogja di pasar Beringharjo.
Sebagian besar jajanan khas Jogja rasanya manis.
Jajanan yang berwarna-warni namanya geplak, khas Bantul, DIY.
Nah, itu tadi "oleh-oleh" dari kunjungan saya ke Jogja pada Oktober 2011, masih banyak hal menarik mengenai Jogja, tunggu di posting berikutnya ya :)
*semua foto kecuali gambar peta adalah foto hasil jepretan saya :)